Untold Story : Sisi Kelam 2015
Ternyata tahun baru 2016 kemarin
masih menyisakan misteri…
Semua kisah menurut gue punya
tiga sisi, sisi hitam, putih, dan sisi umbel(?) kalau di cerita sebelumnya gue
udah nyeritain kisah menjelang tahun baru gue yang absurd banget. Kali ini
masih dengan latar yang sama.
Percaya ngga kalau di dunia, ga
cuma manusia doang yang tinggal. Ada makhluk makhluk lain yang mungkin ikut
tertawa dalam lembaran hari-hari di bumi ini. Percaya ngga sih, kalau lu
sebenernya ga pernah bener-bener sendiri. Ada yang lain yang ikut ada di
sampinglu. Ada yang lain yang ikut ketawa bareng lo, dan ada yang lain yang
mengawasilu. Dimanapun dan kapanpun. Serem.
Gue sebenarnya penakut. Tapi
pemberani. Tapi cupu. Tapi baik. Tapi ga sombong apalah apalah,oke, serius, gue mungkin kaya Shaggy di Scooby Doo.
Penakut yang cupu tapi sok berani kalau ada imbalannya. Gitu deh.
Malam H-2 Tahun Baru, tanggal 30
Desember di Kaliurang. Gue dan saudara gue, Dzaki, melangkahkan kaki
meninggalkan villa. Dzaki adalah sodara sepupu gue dari Jakarta, badannya kurus
banget sampe gue takut dia bakalan terbang ketiup angin di Kaliurang. DAN DIA JOMBLO GAES (sekalian promosi). Dzaki matanya
sipit, sampe ga pernah sadar punya sodara yang aduhai (read : gue). Kalo gue
nanya ke Dzaki gue udah cantik belum jawabannya Cuma pake senyuman yang
kemuadian disertai muntaber. Anjay. Dzaki anak pondok pesantren di Depok. Dan disana
dzaki sering melihat hal-hal yang tak
kasat mata.
Gue berjalan menuju warung yang
jaraknya ga begitu jauh dari Villa. Dzaki sendiri jalan di samping gue. Gue dan
dia cerita-cerita bahas PTN atau apapun sekadar melepas rindu. Dzaki sama gue
jarang ketemu, dia hidup di pesantren jadi liburnya beda sama yang sekolah
negeri. Waktu sampai di warung gue agak merinding. Hawa di Kaliurang lumayan
dingin, sedangkan Dzaki raut wajahnya masih datar-datar aja.
“Mbak, beli karet kucir, ada
nggak?” gue tanya sama penjualnya.
“Oh, adanya yang kaya gini,”
jawab penjual datar. Muka mbaknya gue perhatiin rada sangar juga. Warna lipstiknya
merah banget, sampe gue kira dia mau kondangan. Bajunya juga ketat membuat dia
justru lebih mirip ibu-ibu rempong senam pagi.
“Oh yaudah beli dua ya mbak, eh
Dzak,” gue menyikut Dzaki. Dzaki yang tadinya melamun kembali tersadar. “Beli
jajan ga? Gue bayarin.”
“Beneran nih?” Dzaki menyeringai.
“Iya ambil aja terserah.”
Dzaki ngambil makanan, dan gue
pun membayar. Selesai membayar gue menatap kearah Dzaki. Dia aneh sekali.
Wajahnya masih datar, bibirnya mengatup, tapi pandangannya kosong lurus
kedepan. Gue sempet heran, dia kenapa. Gue telusuri arah pandangannya. Sebuah
jalanan sepi yang kosong ditumbuhi semak belukar.
Gue berdehem. Dzaki tersadar dari
lamunannya lalu tersenyum tipis kearahku. Perasaan gue makin ga enak. Kemudian
kami berjalan kembali ke Villa. Angin malam berhembus sepoi-sepoi menerpa
kerudungku. Aku kembali menggoda Dzaki mencairkan suasana. Tiba-tiba Dzaki
menarik lenganku. Ia memindahkan gue yang tadinya di sebelah kirinya menjadi ke
kanannya. Sontak saja gue kaget. Jantung gue langsung berdebar kencang. GUE
BENERAN PARNO ABIS.
“Apaan woi?” gue berseru.
“Gak Apa apa kok” jawab Dzaki
singkat.
Gue semakin penasaran, “Kenapa
dipindah tiba-tiba?” gue mendesak dia.
“Gak, biar lebih aman kok”
Gue agak bingung mencerna
kata-katanya, “Lebih aman? Maksudnya gimana? Ada drakula disana?”
“Udah gak ada kok” Jawab Dzaki
singkat.
Gue semakin takut. Jantung gue makin ga
karuan. Ada apa? Rasa takut dan penasaran menjalar abis di diri gue.
Lokasi Pertemuan Kita, Gan.
Sampai di villa, tepatnya di
Balkon rumah. Gue memperhatikan Dzaki, dugaan gue bener Dzaki sama sekali ga
peka, dia minim pengalaman tentang cewe. Abisnya sejak smp dia tinggal di
asrama khusus cowo, dulu gue aja sampe nanya, “Dzak, lu suka sama cewe kan?”
dan dia malah melototin gue.
Tentang insiden tadi gue masih ga
bisa lupain. Gue penasaran banget, ada apa disana? Gue tau ada yang aneh dari
senyuman Dzaki.
Waktu malem larut, gue deketin
tuh si Dzaki. Gue kembali mendesak dia buat cerita apa yang terjadi. Dia justru
mengalihkan pembicaraan. Dia ngomongin temennya yang juga pernah liat setan. Gue
sempet ngeliat Dzaki bengong sekilas, matanya lurus ke arah jendela yang
kordennya emang kebuka. Waktu gue aktifin byakugan gue, gue di tabok Neji
katanya gue terlalu baik buat jadi clan Hyuga, akhirnya gue ga tau ada apa
disana dan Dzaki masih jadi misteri.
Udah tengah malam, dan gue harus
tidur pisah sama sepupu-sepupu gue. di sana gue sendiri yang belum dewasa dan
cewe. Ada 3 cewe lain sih, tapi mereka masih sd, gue ga nyaman main barbie sama
mereka. Ga pantes juga gue main jadi ibuk-ibukan bawa boneka yang digendong,
yang jelas gue bakalan dibawa ke Magelang, ke RSJ.
Gue berjalan gontai ke arah
kamar. Angin dingin kembali menusuk tulang gue. gue tau sekali ini di gunung,
jadi dingin kaya gini wajar. Villa tante gue jendelanya kordennya banyak yang
ga ditutup waktu malem-malem. Gue masih bisa liat dengan jelas jalan tempat
insiden kemarin dan disana masih sepi, gak ada apa-apa kecuali semak-semak. Karena
takut, gue segera tidur. Gue gamau kasih kesempatan buat ‘dia’ muncul di
hadapan gue.
Besoknya gue sama sepupu-sepupu
main-main. Dan kedatangan Naura, saudara sepupu gue yang udah kuliyah. Nah,
malemnya kan malem tahun baru, kita rencanain buat nonton taman pelangi di
Kaliurang (Gue sempet rada kaget liat di Wancak ada berita taman pelangi hancur
diinjek-injek mbak mbak alay) Taman pelangi indah banget. gue banyak selfie
disitu tapi ga sampe ngerusak. Gue Cuma foto seadanya saja. Gue melirik ke arah
Dzaki lagi, dia masih menatap kosong ke sekeliling. Gue mau tanya soal
bnegituan tapi gue ga mau parno di tempat hiburan kaya gini.
Malemnya gue paksa dzaki buat
cerita semuanya. Tentang hal hal yang gak terlihat itu. Dzaki bilang ga mau
nunggu saat yang pas. Gue berusaha menyakinkan dia, ini saat yang pas karena
besok kita udah bubaran balik ke rumah masing-masing. Dzaki awalnya ragu,
akhirnya dia mau cerita. Jadi ceritanya gini :
Dzaki udah ngerasa ga enak, ada
sesuatu di perjalanan. Dia ngliatin gue yang santai-santai aja beli di warung
dan dia pun ngerti kalau gue ga bisa peka sama yang begituan. Waktu jalan
pulang, Dzaki liat dia. Sesosok makhluk tinggi besar yang berdiri tak jauh dari
kita. Dia menatap gue. dzaki tau itu, makannya dia berusaha melototin si makluk
itu. Makhluk hitam besar itu ternyata ga bergeming, dia tetep natap gue,
padahal dzaki udah mati-matian buka matanya lebar-lebar, sementara itu gue
dengan begonya jalan santai kearah makhluk itu. (Sumpah waktu itu gue ngerasa
fine-fine aja). Dzaki akhirnya ga punya pilihan lain, dia ga mau bikin gue
parno dan teriak-teriak histeris, akhirnya dia narik gue dan gue ga jadi kearah
makhluk itu. Setelah gue pindah posisi makhluk itu hilang entah kemana.
Jujur aja gue rada shock denger
cerita Dzaki. Gue hampir aja mendekati sosok makhluk yang hitam besar
menyeramkan. Untung aja gue minta ditemenin Dzaki, gue jadi terharu sama sikap
heroin Dzaki. Padahal gue sering bully dia. Karena kejadian itu gue jadi sadar
bahwa membully sodara ternyata tidak mengubah perasaan sayang sesama sodara,
jadinya gue bakal tetep bully dia kalau ketemu. Hehe.
Dzaki nerusin cerita horor. Kali ini
lebih ekstreem. Jadi ceritanya, temennya Dzaki ada yang kebelet boker. Wc lagi
penuh, dan tersisa wc perempuan di dekat masjid. Temennya Dzaki udah ga kuat
nahan lagi, daripada cepirit dan menimbulkan kejijikan yang luar biasa, dia
nekat masuk wc perempuan. Disanalah ia menumpahkan segala beban yang dirasakannya
sedari tadi. Rasa lega menjalar ke seluruh tubuhnya. Ah, jadi kebelet beneran....
Waktu udah boker, udah saatnya
dia ngguyur. Bak mandinya agak tinggi dari tempat dia jongkok, jadinya dia ga
ngeliatin isi airnya. Dia ambil tuh gayung buat ngambil air. Awalnya sih dia
ngerasa baik-baik aja sampe dia menyadari sesuatu. Sesuatu yang mengejutkan
dia.
YANG DIA PEGANG BUKAN GAYUNG GAN.
ITU KEPALA ORANG! DAN PANDANGANNYA MENATAP TAJAM DIA, DISERTAI SERINGAI YANG SADIS GAN!
Gue yang denger cerita aja
merinding, gue ga bisa bayangin betapa kagetnya si dia. Gila aja, abis membuang
hajat dia harus dihadapkan dengan makhluk tak diundang itu.
Selesai cerita sekitar jam 2
malam, kita berpisah, gue tidur di mobil, nyusul Naura yang udah molor duluan
disana. Gue memilih tidur di mobil karena villanya sempit, abisnya satu
keluarga besar hampir ikut semua. Mobil di parkirin di luar, artinya : GUE
HARUS BERJALAN KE LUAR. Semua cerita horor Dzaki membuat nyali gue surut. Tapi gue
inget, gue ga boleh takut kecuali sama Allah, akhirnya gue sok berani, dan
melangkah ke mobil. Gue nyoba menghilangkan segala pikiran negatif di otak gue.
gue baca buku Diary Of Wimpy Kid biar bisa ngakak dan ngelupain yang
serem-serem. Nihil. Gue masih takut. Gue udah nyoba baca dzikir, doa, dan
surat-surat pendek. Gue tidur di jok tengah, sedangkan Naura di depan. Jok belakang
(Mobilnya Xenia) kosong, dan gue ga berani liat kaca depan sekadar buat mastiin
apa jok belakang benar-benar kosong.
DAN MALAM ITU.
DITEMANI JUTAAN BINTANG.
LANGIT DIPENUHI ASAP KEMBANG API.
DAN HUJAN YANG TIBA-TIBA TURUN.
GUE BOBO DI DALEM MOBIL.
DI HALAMAN VILLA.
DAN GUE GA TAU, GUE TIDUR SAMA
NAURA DOANG ATAU ADA YANG LAIN.
TAMAT.
Comments
Post a Comment