Aku Ingin Bersyukur,


Malam ini, aku berpikir banyak hal..

Ada yang berusaha mati matian untuk hidup, ada yang berusaha mati matian untuk mati.
Ada yang menangis sekeras kerasnya untuk bahagia, ada yang tertawa sekeras kerasnya agar tidak sedih.

Dunia ini lucu. Manusia itu lucu.

Seseorang selalu bicara bahwa masalah yang dihadapinya adalah yang terberat, padahal, kami sama. Kami, manusia. Kami punya berat yang sama bagi kami. Manusia iri dengan manusia lain, padahal dia yang di irikan, juga mati matian menjadi orang lain.

Kenapa sih susah sekali bersyukur?

***

Ada suatu  kisah, dari seorang laki laki yang bermimpi menjadi tentara. Ia lahir dari Rahim seorang perawat dan ayah seorang petani. Ibunya adalah visioner, walaupun sejatinya ia tidak tahu arti kata dari “visioner” sendiri, hahaha. Laki laki itu sekolah di SD sederhana di desanya. Menjadi nomer satu disana, dan masuk smp terbaik di kota.

Waktu cepat kali berlalu, hingga saat ia sudah berhasil masuk SMA terbaik di Kotanya. Ia sadar. Ia adalah satu dari sekian banyak murid terbaik dan terpintar di kota itu. Untuk pertama kalinya, ia menjadi rank 3 terbawah.

Pria itu adalah anak yang ceria dan suka bercanda, tapi ia sama sekali tidak pernah ikut liburan sekolah. Ia takut ibunya uang nya habis untuk biaya hura hura. Takut dua adiknya tidak bisa sekolah, atau bahkan takut ayahnya tidak bisa beli rokok lagi.

Cita citanya sederhana. Ia tidak menginginkan jabatan, tidak menginginkan duduk di parlemen. Ia hanya ingin jadi abdi Negara, jadi tentara. Setiap hari dihabiskannya untuk olahraga, memancing, pokoknya dia ingin sehat dan kuat agar bisa jadi tentara!

Namun, Tuhan berkata, tidak! Apa daya, ia ditolak masuk tentara karena buta warna. Ia jatuh. Jatuh, semakin jatuh. Menghabiskan waktunya untuk jadi tukang bengkel walaupun ia lulusan dari SMA terbaik di kotanya. Ia tahu teman temannya sekolah di UGM, UI, ITB, tapi ia hanya mau tentara. Menjadi seorang abdi Negara, adalah jalan ninjaku! Begitu katanya.

Laki laki itu terlihat depresi, menyimpannn tangisannya dalam lelucon garingnya. Menyimpan air matanya untuk tengah malam, saat memancing belut. Saat ibunya tertidur, saat ia hnya bisa bercengkrama terhadap bulan, bintang, dan beberapa kodok di sawah.

Hingga suatu saat ibunya mendatanginya. “Kamu ini sebenernya ingin jadi apa?” begitu katanya. Laki laki itu hanya bicara lirih, “Tentara, Bu.”

Ibunya menghela napas panjang, kemudian mengelusnya, “Tapi kalau buta warna mana bisa jadi tentara?” 

Sejujurnya laki laki itu ingin menjerit. Menyalahkan Tuhan dan dunia ini. Buta warna bukan keinginannya, keinginannya tentara! Mimpinya kan tentara! Ia bahkan baru tau buta warna saat tes kesehatan sebelum mendaftar tentara. Bagaimana bisa selama ini ia ditipu Tuhan?

KENAPA TUHAN BIARKAN MIMPINYA TETAP BERSEMAYAM DALAM PIKIRANNYA PADAHAL TAU IA TAKKAN MAMPU MASUK SANA?


Laki laki itu semakin tenggelam, larut dalam emosi, kehilangan semangat sekaligus mimpi-mimpinya. Suatu saat ia datang berkunjung ke gurunya. Guru SMA Terbaik itu. Sang Guru melihat laki laki ini khawatir. “Mengapa tidak mencoba sekolah di Perguruan Tinggi?”

“Tidak”

“Kamu murid SMA Terbaik loh”

“Nilaiku yang terburuk”

“Tapi Terbaik di biologi” si Guru menatapnya hangat. Laki laki itu terdiam. Memang tidak sepenuhnya semua pelajaran ia buruk. Ia suka menganalisis, suka menghapal dengan logika. Ia tidak pandai bahasa inggris karena bahkan untuk membeli buku tulis saja, susah, bagaimana dengan buku cetak atau buku materi lainnya? “Ibu tahu, kamu ini cerdas nak, banyak guru yang meremehkanmu, tapi ibu tidak. Karena ibu tahu, mutiara di laut akan tetap mutiara, walaupun di dasar lautan.”

Pertarungan sengit antara batin dan emosi menyelimuti anak laki laki itu. Ia berpikir, jika ia hanya menjadi tukang tambal ban, selamanya adiknya hanya seperti dia, tidak bisa beli buku pelajaran, tidak ikut acara wisata. Ia tahu rasanya, melihat teman temannya bercerita keseruan berlibur bersama, dari bangku paling belakang. Melihat mereka bahagia, tanpa tahu mengapa. Pada akhirnya laki laki itu mendekati ibunya. “Bu, ingin aku menjadi apa?”

“Ibu Cuma ingin kamu lebih dari ibu, ibu perawat, bapakmu petani, yang penting bukan jadi pemalas saja, hahaha”

Anak itu terdiam, berpikir. Pada akhirnya ia mengambil keputusan besar dalam hidupnya, berjuang keras mengejar mimpi ibunya. Menjadi Dokter.



KEDOKTERAN UGM.



Pada tahun 90an ia masuk kedokteran UGM. Membawa sejuta mimpi ibu dan ayahnya, membawa mimpi adeknya untuk membeli buku pelajaran. Membawa mimpi dirinya untuk menjadi orang yang memperbaiki status keluarganya. Laki laki itu adalah ayahku. Siapa sangka yang diremehkan banyak orang masuk kedokteran, siapa sangka yang pernah menjadi pelanggan bengkel, bahwa tukang bengkelnya kelak jadi dokter? Hahaha.

Kini, bapakku kerja jadi dokter umum, kepala puskesmas, sekaligus pengurus IDI Yogya. Bapak, adalah orang yang super irit. Bapak berkali kali bilang padaku, saat semas kuliahnya, bapak adalah orang yang kekurangan. Ia terkadang menjadi pengurus masjid demi mendapat makanan. Ikut seminar, ngerjain tugas temennya, menjadi guru les sbmptn, hingga ia menulis untuk Koran KR. Bapak juga ngajarin aku buat selektif buat pilih barang prinsipnya ; “SEMAKIN SEDIKIT BARANG SEMAKIN MUDAH MERAPIKAN” walaupun yah, aku tidak sepenuhnya straight terhadap aturan bapak wakakakak.

Bapak bilang padaku, jangan menyalahkan Tuhan atas keadaanmu. Tuhan sedang mendidikku. Seperti mendidik bapak dulu. Pada akhirnya, bapak membuktikan bahwa memang Tuhan tidak jahat. Tuhan biarkan dia dewasa. Ia tahu, jika saja saat itu mimpinya hilang bisa jadi, ia jadi pemalas. Bapak tahu, aku tidak pintar dalam banyak hal, tapi bapak selalu bilang, aku punya kelebihan yang berbeda disbanding orang lain, dan aku harus pandai memanfaatkan kelebihanku. Senjataku untuk masa depan.

Bapakku adalah lelaki paling hebat sepanjang masa. Aku sayang bapak. Bapak orangnya pemalu, tsundere gitu kalau di jepang. Bapak engga pernah bilang sayang sama aku. Dulu waktu aku di rumah, setiap malam aku selalu habisin buat baca 1 buku. Karena di rumah dilarang buat tidur diatas jam 10, bapak selalu ngecek kamarku jam 10. Dan aku…. sudah terlalu mahir untuk berbohong wkwkwk. Aku baca di bawah selimut. Tapi karena itu, aku jadi tahu sebuah rahasia besar, bapak selalu cium keningku sebelum kembali keluar dari kamarku. Aku sayang banget sama bapak. Aku ingin kaya bapak, aku ingin lebih baik dari bapak. Semoga.


***
Seharusnya, aku adalah manusia yang paling bersyukur, karena bapakku yang dulu mati matian mengejar mimpinya, adek-adeknya, anak anaknya, bisa sekolah dengan buku cetak lengkap hingga sekarang. Terima kasih, Bapak.







Btw, 
Manusia, ada juga yang diam diam tapi sayang juga ya? Hahahaha

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

REVIEW FILM PENDEK AGUNG HAPSAH : Agen Resep Rahasia

Omong Kosong Jilid 1