Berbagi?

Sebuah kata "berbagi"seringkali menjadi indikator atas sifat baik manusia.
Gue pun juga menjujung kata berbagi. Hmm, berbagi, ya?


Hari ini gue naik kereta mau ke jogja. Dan gue ga dapet kursi. Rame banget disini. Bamyak juga yang berdiri. Gue mengamati sekeliling semua sibuk dengan urusannya masing masing
Ada yang bobok, ada yang video call, ada yang telponan, ada yang dengerin musik dan ada yang...

Gue menatap kearah kiri gue. Seorang bapak bapak duduk dengan posisi menyamping, memakan banyak tempat, dan disampingnya dua anaknya tertidur dengan tempat yang kira kira bisa dipake 3 orang dewasa.
Ibunya tidur di bawah, tangannya keatas kursi disilakan.

So, apakah itu yang namanya berbagi?

Dalam sudut pandang kita yang berdiri. Mereka berempat sangatlah egois. Dari sekian banyak yg berdiri ada peluang 2 orang dari kami yang bisa duduk disana. Sedangkan si dua anak tadi bisa duduk meyamping kakinya keatas di kursi.

Tapi coba kita mendalami peran menjadi dua orang tua itu. Si bapak menjaga anaknya yang tidur. Mungkin bagi orang lain bapak itu egois ga memberikan kursi ke orang lain, tapi bagi bapak, inilah berbagi.
Ia membagikan pahanya untuk sandaran anaknya, sedangkan ibunya mengalah duduk dibawahnya dengan menyilakan tangan di kursi. Kedua anak itu mungkin masih sd. Dan kita egga tau apa yang terjadi sebelumnya dengan keluarga itu. Bisa jadi mereka dari tempat yang jauh sehingga perjalanannya ke stasiun harus subuh. Atau mereka baru saja tidur jam 3 pagi ini. Atau bahkan mereka sedang dalam musibah dan sedang mengungsi ke tempat yang lebih aman dengan kereta ini? Who's know?

Bagi ayah dan ibu itu inilah berbagi. Biarlah bapak yang terjaga menjaga kepala anaknya di pangkuannya dan si ibu yang membiarkan kursinya dipake selobjor sama si anak.

Kalau gitu mengapa berbagi di pandangan dua orang beda?

Bagi gue, mereka egois. Tempat itu bisa buat dua orang lagi buat duduk. Tapi mereka membiarkan mengisinya dengan anaknya, itulah yang namanya berbagi.

Dan gue ngaca.

Egois dan berbagi? Kadang kita hanya mrmbagikan milik kita kepada mereka yang dekat dengan kita. Mereka yang kita cintai. Walaupun apa yang kita bagi sejujurnya bukan sepenuhnya milik kita
Seperti kursi di kereta umum ini. Semua membayar tiket tanpa tempat duduk. Jadi hak semua orang disini notabenenya sama.

Atau saat gue sengaja meletakkan tas di samping kursi. Gue juga berbagi, berbagi dengan anggota tubuh gue. Membiakan pangkuan gue kosong dan engga pegel lagi :p

Gue pernah suatu saat sama temen gue. Lila dan faren, duduk di kereta bertiga. Saat kereta berhenti di salah satu stasiun seorang kakek masuk. Gue berdiri mempersilahkan si kakek duduk. Eh di serobot sama ibu ibuk yang ajak anaknya. Parahnya si ibuk ngajak anaknya buat duduk. Sejujurnya gue lebih mentingin buat kakek duduk. Akhirnya faren ikutan berdiri dan mempersilahkan si kakek duduk.

Gue dan faren udah ngelakuin hal sama : berbagi.
Sedangkan si ibu juga sama : berbagi buat anaknya.
Dengan dua prespektif ini sejatinya kami sama sama sedang berbagi.
Dan yang menjadi pertanyaan, apakah terus kita berbagi demi mereka yang kita cintai? Atau berbagi karena rasa kemanusiaan?

Comments

Popular posts from this blog

REVIEW FILM PENDEK AGUNG HAPSAH : Agen Resep Rahasia

Aku Ingin Bersyukur,

Omong Kosong Jilid 1