Saya seorang Penjual Koran

Saat itu saya berhenti di lampu merah. Ketika hendak mencoba berhitung menyaingi detikan di lampu merah, tiba tiba seorang penjual koran membuat saya mengurungi niat gabut saya.

Seorang anak kecil, wajahnya lugu, memelas. Pipinya kotor, rambutnya terurai panjang. Ia menghampiri setiap satu dan satu lainnya untuk menjajakan korannya.

"Pak, Bu, korannya Bu, satu saja 2000"

Beragam alasan klasik mungkin sudah kebal di telinga bocah itu. Atau bahkan hanya sekadar lambaian dan tatapan sinis orang di dalam mobil.

Dan kemudian ia mendekati saya. Dengan pelan ia mencoba menawari saya korannya. Buat saya, 2000 seharga membayar tukang parkir di Mall. Tempat saya membeli eyeliner seharga 80ribu. Setidaknya 2000 bukan harga yang mahal untuk sebuah kertas penuh informasi bukan?

Terlepas dari harga koran yang cukup murah, saya membayangkan saya yang ada di posisi anak itu.

Saya sang penjaja koran.

Bagaimana saya hidup dengan uang 2000 yang di setiap lampu tidak semua orang mau membeli?

Bagaimana saya menghadapi hasrat ingin membeli eyeliner atau sekadar ayam geprek harga 16ribu.

Jika harga 2000 dikurangi biaya modal, berapa untung saya dan berapa target koran untuk membeli satu ayam geprek?

Saya mungkin tidak bisa hanya diam. Saya perlu keajaiban : INOVASI.

Pernahkah mendengar tukang koran di era 2006 yang menjual koran melewati rumah dengan menyebutkan isi koran di dalamnya? Atau pernah berjumpa dengan orang di bus yang menjual bukunya dibagikan dulu kepada penumpangnya, berharap mereka membaca kemudian tertarik dengan isi di dalamnya?

Bagaimana cara gramedia menjajakan barangnya, dengan memberikan beberapa sampel terbuka untuk memberikan rasa ingin tahu, dan bertahan lama di dalam toko tersebut.

Saya mungkin akan menjadi banyak berbicara tentang topik panas di hari itu, dan membuat seolah olah koran ini kunci lebih jelasnya. Sehingga pelanggan menjadi ingin membeli. Atau sya perlu menambah beberapa unsur komedi dalam penyampaian saya.

Saya paham, saya sangat butuh inovasi untuk mendapatkan 1 ayam geprek dari cara saya berjualan.



Dan tak lupa, usaha dan tekat.

Comments

Popular posts from this blog

REVIEW FILM PENDEK AGUNG HAPSAH : Agen Resep Rahasia

Aku Ingin Bersyukur,

Puisi dan Isi Kepala Saya