Posts

Kembali ke Pelukan

Ternyata, makna dipeluk itu luas—begitu luas hingga kadang terasa tak lagi erat. Seperti aku, yang perlahan melepaskan hijab, lalu tiba-tiba bekerja di tempat yang mewajibkan mengenakannya. Aku yang tak betah di sana, namun tetap bertanya dalam hati, “Apakah ini caramu, Tuhanku, untuk mengembalikan aku ke pelukan-Mu?” Atau seperti aku yang terus menerus dihantui pikiran, “Mungkin hubungan ini memang tak seharusnya diteruskan.” Setelah pertengkaran yang kesekian kali, karena dia… tak mau sholat. Dan ketika kami hampir bersatu kembali—karena kebodohanku… Hingga sesuatu terjadi. Sesuatu yang menyakitkan, sesuatu yang tak bisa dimaafkan. “Apakah ini caramu, Tuhan, untuk menyadarkanku?” Lalu aku mencoba membuka hati, perlahan-lahan, mencoba percaya lagi pada seseorang, sambil terus bertanya kepada-Mu di setiap langkahku. Sampai akhirnya, di momen yang begitu tepat, ketika aku berkata, “Setelah pulang dari Singapura, jika aku patah hati, aku akan resign.” Ternyata segalanya terungkap—tentang...

Menangis di Jalan Pulang

 Bayangkan saja, empat kata patah hati hari ini terus menggema di kepalaku. "Aku belum siap pacaran" Walaupun sejujurnya aku sudah tahu, tapi rasanya sakit juga mendengarnya. Wah, jatuh cinta ini kenapa selalu sakit? Mungkin karena aku jatuh cinta sendirian, ya? Dua hari ini aku sedikit egois dengan kesehatanku, karena aku sengaja tidak makan dan memilih diam dengan segala skenario terburuk 1. Dia memang belum move on dari mantannya 2. Dia sudah ada hubungan dengan mantannya. 3. Dia memang sudah ada hubungan dengan orang lain. 4. Dia emang gak suka aja sama aku 4 Kalimat patah hati yang menyebalkan. Ah, sakit. Kalau bilang soal sakit, aku bahkan tidak bisa menangis puas di kereta, aku pilih tidur, melepaskan segala kegilaan dan kenangan bersamanya.  AH KAMU GAK NGERTI GIMANA AKU MASIH MENGINGAT SEMUA MEMORI KITA! Yasudahlah, menulis iniipun juga hanya sebagian dari caraku bercerita dan meringankan rasa sakit ini. Setelah berpelukan, berpisah, dan mobilnya melaju pergi, kemudi...

Evergreen

Suara dari arah peron dan segala bising orang-orang yang berjalan terburu buru mengejar kereta keberangkatannya, membuatku sedikit bingung, kira-kira dimana dia menjemputku? Dari kejauhan, senyumnya, yang selalu menyenangkan itu, sambil diilambaikan tangannya ke arahku. Dan sedikitnya, ah, tidak, banyaknya! Degup jantungku, mengiringi setiap inchi keramik Stasiun yang menjadi hitungan jarak antara kami. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan tempat kita pertama kali saling menggenggam tangan?  Dia dan senyumannnya tidak berubah, topinya, lucu banget?! Kok sekarang dia pake topi gitu, hahaha? Jika saja Omar Apollo dengan Evergreennya mengalun, mungkin saja aku sudah berlari ke arah dia, dan… umm.. sepertinya, aku tidak ingin memberi tahu apa yang akan kulakukan setelahnya. Rahasia, dong! Dan, dia menyambutku. Ah, bisa ya aku melihat senyum itu lagi, langsung? Aduh, kamu gak boleh sedih, ya! Kamu dan senyummu itu sepaket ekslusif dari kedua orang tua kamu buat dunia, buat Yogyakarta, a...

Halo 2024

 Hehehe, seneng banget dapet kabar baik dari temen-temenku yang makin sukses. Seneng banget liat orang-orang bertumbuh dan berkembang! Hehehe, seneng banget aku juga bisa jadi kaya sekarang! Hehehe, aku masih punya mimpi buat tahun depan! Bisa ga ya? HARUS BISA YA ARA, Kamu harus kejar sejauh apapun itu mimpi kamu!

Omong Kosong Jilid 1

  Ada sebagian dari diriku yang pernah hilang, larut, dan tenggelam, dalam sebuah lautan. Ketika kamu terombang ambing dan mengapung mengikuti ombak, aku rasa kemungkinan selamat ada sangat banyak. Namun, tidak, Ketika kamu jatuh dan menuju dasar lautan. Ketika yang kamu lihat kanan kirimu adalah perairan yang terus melaju ke semakin dalam. Dunia ini terasa melambat, terasa lama, terasa mencabik. Dan aku pernah di sana, kawan. Aku pernah.   Saat itu, aku pikir cahaya tak akan lagi pernah aku rasakan. Hangat takkan pernah lagi dating dan memelukku. Yang kuingat hanya, rasa takut, bingung, dan kemudian Bersatu menjadi kehancuran. Jika aku membuka mataku tidak ada warna setitik pun, dan Ketika aku terpejam, aku takut, aku takkan pernah bisa membukanya lagi. Dan setiap waktu yang berjalan terasa amat sangat menyakitkan. Kita berjalan pada jembatan yang menuju kematian. Menuju kegelapan, dasar yang tak berujung. Dan kehampaan langit adalah sama dengan dirimu. Yang sepi, yang mati. ...

Aku bercerita tentang si Ndut

 Setiap kisah cinta ternyata punya bahasanya sendiri. Pacarku, dia bukan seseorang yang cerewet sepertiku. Dia pendiam. Dia tenang. Kamu tahu danau? Aku melihatnya seperti danau. Di sekelilingnya burung burung yang menari bersama angin. Dan dedaunan yang berdesis, yang warnanya dipantulkan danau itu, hijau. Pacarku adalah pria yang lucu. Kadang. Selera tertawa kami tidak sama. Ia tertawa karena sebuah video game Dan aku? Aku hanya bertanya padanya, “Emang itu maksudnya apa, Yang?” Dia adalah yang terhangat dari yang paling hangat. Aku menyukai pelukannya. Menyukai senyumnya. Peluk dan senyumnya, dua duanya hangat. Ah, gila!   Malam, Ketika dia membisikkan bahwa dia mencintaiku tanpa aku minta Karena sejujurnya dia jarang sekali bilang itu. Aku merasa terbang. Merasa terbaaanggg yang teramaatt tinggiiii…. Merasa menyentuh awan dan menuju alam semesta yang tidak ada batasnya. Aku bertemu alien alien nakal yang menyetel music reggae, mereka menari be...

Biasanya

Biasanya yang ramai adalah koyak jalan jogja, dan beberapa kucing kawin Yang mengganggu malam. Biasanya, yang sepi adalah gang dingin yang keloknya lewati sungai kecil, dan warung makan cumi di sebelahnya. Biasanya, yang   berbisik adalah Langkah kaki bapak bapak kampung subuh yang menuju ke masjid sebelah Biasanya, yang lantas adalah rindu yang tak tersampaikan.